Kamis, 13 September 2012

tariqoh alawiyah

Thariqah Salaf Ba’alawi bernisbah kepada Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Ra, beliaulah pendiri dan Imam Thariqah Al-‘Alawiyah. Dan asal khirqoh yang didapatkan oleh beliau berasal dari As-Syekh Al-Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Madyan Syu’aib bin Abu Hasan At-Tilmisany Al-Maghriby Ra dengan dititipkan melalui dua orang, yaitu pertama As-Syekh Abdurrahman in Muhammad Maq’ad (murid As-Syekh Abu Madyan) yang kemudian menyerahkan kepada murid beliau yaitu As-Syekh Al-Kabir Abdullah As-Sholeh Al-Maghriby dan sampai kepada Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam ketika beliau sedang belajar bersama as-Syekh Al-Faqih Ali bin Ahmad Bamarwan di Tarim, dan sebelumnya Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam telah mengetahui mengenai Khirqoh yang akan diterima oleh beliau (dengan kasyafnya) dan beliau sempat hendak menemui As-Syekh Abdurrahman Al-Maq’ad yang kala itu masih berada di Mekkah, tapi di tengah perjalanan, beliau mendengar kabar wafatnya As-Syekh Abdurrahman sehingga beliau mengurungkan niatnya pergi ke mekkah dan kembali ke Tarim.
            Selanjutnya mengenai Thariqah Al-‘Alawiyah Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith berkata dalam Kitab Ghayah Al-Qasd Wal Murod:
Aku telah mendengar Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: “Sesungguhnya Thariqah As-Sadah Al-Alawiyah adalah “As-Shirat” yang dimaksudkan dalam firman Allah SWT yang artinya;
Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Dan lebih jauh beliau berkata:
“Dan dalam satu kesempatan yang lain Al-Amam Al-Haddad membahas Thariqah Al-Alawiyah, beliau berkata; ‘Sesungguhnya Thariqah Al-Alawayah adalah Thariqah yang paling kuat dalil-dalilnya dan perjalanannya (Suluk) adalah sebaik-baiknya perjalanan, dan sungguh Ahli Thariqah ini memberikan contoh-contoh yang baik dan jalan yang dipenuhi kesejahteraan dan kemaslahatan bagi umat, para Masyaikh Al-Abu Alawi dan pemuka-pemuka mereka mempunyai martabat dan kelebihan Ukhrawi yang tidak dipunyai oleh orang lain, karena mereka senantiasa melazimkan Al-Khumul (menepiskan kemasyhuran) sehingga menjadikan nama baik mereka selalu diingat bersama keagungan dan keistimewaan Hal mereka.”’
                Thariqah Sadah Ba’alawi adalah salah satu Mazhab Thariqah yang mempunyai kesempurnaan dalam sistem Tarbiyah Thariqahnya, dalam pro dan kontranya tokah-tokoh Islam menanggapi dogma-dogma Tasawwuf, Thariqah ini tidak pernah dikritik. Thariqah Sadah Ba’alawi memegang teguh As-Sunnah dan menentang keras tindakan dan tata cara yang bertolak belakang dengan Syari’ah dan Sunnah Rasul Allah SAW, dalam mereflesikan Ubudiyah. Thariqah ini lebih fleksibel, misalnya; dalam Thariqah ini tidak dibenarkan untuk melepaskan tanggung jawab dari Ikhtiar Duniawiyah karena hal tersebut merupakan Sunnah Rasul Allah SAW, mungkin karena fleksibel inilah dan banyaknya keistimewaan lain yang dimilikinya yang membuat perbedaan antara Thariqah Sadah Ba’alawi dan Thariqah lainnya, Kayfiyah Thariqah ini yang dengan cemerlang tapi sederhana dan Arif berusaha menerapkan keseimbangan yang paling sempurna antara As-Syari’ah dan At-Thariqah serta Al-Haqiqah sehingga menghasilkan mutiara “Hakekat Amaliyah” yang secara Zhahiriyah maupun Bathiniyah akhirnya mempunyai nilai tambah yang sangat sempurna. Thariqah ini dalam perkembangannya  lebih lanjut, terus bertambah cemerlang dalam pimpinan para Masyaikh Ahli Thariqah Wal-Haqiqah turun temurun   dalam setiap era kepemimpinan beberapa Awliya’ Al-Akbar  Bani Alawi. Radhi Allahu Anhum Ajma’in Wanafa’ana bihim Amin.
proses pembangunan ponpes pimpinan Habib Husein Bin Abdulqadir Maulacahaela di Ndaleman Pakis Magelang Jawa Tengah.
pengajian selapanan al habib Husin bin Abdulqadir Maulachaila di dusun Ndaleman Pakis, Kab. Magelang setiap hari Kamis Kliwon mulai pukul 7 pagi.

Rabu, 12 September 2012

Sakaratul Maut

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala bertanya kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, “Bagaimana kau merasakan kematian?” Ibrahim menjawab, “Seperti besi panas yang dibungkus kain wol basah kemudian dicabut.” Allah berkata, “Sesungguhnya Aku telah meringankannya untukmu.”
Dan diriwayatkan bahwa setelah ruh Nabi Musa bertemu Allah ‘Azza wa Jalla, Allah bertanya, “Hai Musa, bagaimana kau merasakan kematian?” Musa ‘alaihis salam menjawab, “Aku merasa diriku seperti burung pipit yang digoreng hidup-hidup, ia tidak segera mati sehingga bisa istirahat dari siksaan, dan ia tidak pula selamat sehingga bisa terbang.”
Dan dalam riwayat lain Nabi Musa berkata, “Kurasakan diriku seperti biri-biri betina yang dikuliti oleh penjagal.”
Dalam Hadits lain dikatakan, “Sesungguhnya kematian lebih pedih daripada disabet dengan berbagai pedang, digergaji dengan berbagai gergaji, atau digunting dengan berbagai gunting.”
Menjelang kematian ‘Amar bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu, putranya berkata kepadanya, “Wahai ayahku, kau dahulu pernah berkata, ‘Andai saja aku dapat bertemu seorang pria yang pandai dan bijak yang sedang menghadapi kematiannya, sehingga ia dapat menjelaskan kepadaku semua yang ia rasakan.’ Wahai ayahku, sekarang kaulah orang itu, maka jelaskan kepadaku apa yang kau rasakan!”
Beliau berkata, ‘Wahai anakku, tubuhku seakan berada dalam liang api, aku seperti bernafas dari lubang jarum, dan ruhku seakan tangakai berduri yang ditarik dari telapak kakiku sampai ke otakku.”
(dari buku: menyingkap misteri kematian)

Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan khilaf yang kita perbuat dan menerima segala bentuk perbuatan baik dan pahala kita serta mempermudah kita dalam menghadapi sakaratul maut. Aamiin....

Allah –subhânahu wa ta`âlâ- adalah Dzat yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik


Dalam Hadis Qudsi Allah SWT berkata:
Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya perumpamaan ilmu tanpa amal adalah seperti kilat dan halilintar tanpa hujan, dan perumpamaan amal tanpa ilmu seperti pohon tanpa buah, dan perumpamaan orang alim tanpa amal seperti busur panah tanpa tali, dan perumpamaan harta tanpa zakat seperti orang meletakkan garam di atas batu yang licin, dan perumpamaan nasihat bagi orang bodoh seperti permata dan berlian bagi hewan, dan perumpamaan orang yang keras hatinya dengan ilmu seperti batu yang dibasahi. Dan perumpamaan nasihat bagi yang tidak mengharapkannya seperti (permainan) seruling di kuburan. Dan perumpamaan sedekah dari yang diharamkan seperti orang membasuh kotoran di baju dengan air kencing, dan perumpamaan orang shalat tanpa zakat seperti jasad tanpa nyawa, dan perumpamaan orang alim tanpa tobat seperti bangunan tanpa fondasi, Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga) Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. [al-A’raf;7:99]

Dari Abi Hurairah -radhiyallahu 'anhu- ia berkata: “Rasululllah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah –subhânahu wa ta`âlâ- adalah Dzat yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwasanya Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang beriman dengan perintah yang diberikan kepada para rasul, lalu Allah berfirman: 'Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Q.S. Al-Mukminun: 51], dan Allah berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu' [Q.S. Al-Baqarah: 172], kemudian Rasulullah menyebutkan seorang lelaki yang melakukan bepergian panjang, rambutnya penuh debu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata: 'ya Allah Rabbku, ya Allah Rabbku' sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dibesarkan dengan yang haram, maka, bagaimana doanya akan dikabulkan.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya).

Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah lebih utama untuk menyiksanya itu ( HR. Tirmidzi).

(Note: Segala sesuatu yang di dapat dengan jalan mengambil/memakai/memakan/menggunakan tanpa ada ijin dari pemiliknya adalah termasuk ghasab (mencuri) maka apa di dapat dari perbuatan itu termasuk barang haram)

Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua berdekatan Masjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terletak berhampiran timbangan. Menyangka kurma itu bahagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia solat dan berdoa kushuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara’ yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.
“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak kerana 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua berdekatan Masjidil Haram,” jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” Ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Makkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang?” tanya Ibrahim.
“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.
“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”.
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.
“Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.
“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka kerana mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”
“Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”
Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakhra.
Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat halalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”
Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik tinggalkan bila ragu-ragu…”
Marilah kita berhati – hati jangan sampai memakan makanan yang
bukan haknya walaupun sedikit , kecuali sudah izin yang punya, dan
jangan menganggap remeh . sebab makanan yang haram walaupun
sedikit kalau sudah di makan menjadi darah daging akan berpengaruh terhadap anaknya dan juaga do’a kita akan di tolak oleh Allah gara-gara makanan sedikit yang bkn hak kita / haram.

Selasa, 11 September 2012

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..
bismilahirrahmanirahim, Allahumma Sholi'ala Sayidina Muhammadin Miftahibabbirahmatillah, 'adadama fi 'ilmillah, sholatan wasalaman bidawami mulkillah, wa'ala alihi wasahbihi, 'amma ba'du,
fayaa Ayyuhal muslimin wal muslimat rahimakumullah, usikum wanafsi bitaqwallah waqat fazal muttaqun...
alhmdulillah, kami hadir ditengah-tengah saudaraku sekalian, tak lain adalah mudah-mudahan pertemuan ini adalah sebagai sarana silaturahmi kita. kemudian niat kami yang selanjutnya adalah berusaha mensyi'arkan Agama Allah dan Rasul-Nya dimana saja, lewat bentuk apa saja, sekemampuan kami. kiranya semoga apa yang kami usahakan mudah-mudahan ada manfa'atnya, khususnya bagi kami, dan umumnya bagi kita semua.
kami mengharap saran, masukan, bahan refrensi dan juga kritik apabila apa yang kami usahakan banyak kekurangan dan kesalahan.
sekian dulu dari kami, atas perhatian dan do'a dari saudara kami ucapkan, Jazakumullah Akhsanal Jaza'
Wasalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Admin,



Abdullah Rasyad Az-Zain