Rabu, 12 September 2012

Allah –subhânahu wa ta`âlâ- adalah Dzat yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik


Dalam Hadis Qudsi Allah SWT berkata:
Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya perumpamaan ilmu tanpa amal adalah seperti kilat dan halilintar tanpa hujan, dan perumpamaan amal tanpa ilmu seperti pohon tanpa buah, dan perumpamaan orang alim tanpa amal seperti busur panah tanpa tali, dan perumpamaan harta tanpa zakat seperti orang meletakkan garam di atas batu yang licin, dan perumpamaan nasihat bagi orang bodoh seperti permata dan berlian bagi hewan, dan perumpamaan orang yang keras hatinya dengan ilmu seperti batu yang dibasahi. Dan perumpamaan nasihat bagi yang tidak mengharapkannya seperti (permainan) seruling di kuburan. Dan perumpamaan sedekah dari yang diharamkan seperti orang membasuh kotoran di baju dengan air kencing, dan perumpamaan orang shalat tanpa zakat seperti jasad tanpa nyawa, dan perumpamaan orang alim tanpa tobat seperti bangunan tanpa fondasi, Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga) Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. [al-A’raf;7:99]

Dari Abi Hurairah -radhiyallahu 'anhu- ia berkata: “Rasululllah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah –subhânahu wa ta`âlâ- adalah Dzat yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwasanya Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang beriman dengan perintah yang diberikan kepada para rasul, lalu Allah berfirman: 'Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Q.S. Al-Mukminun: 51], dan Allah berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu' [Q.S. Al-Baqarah: 172], kemudian Rasulullah menyebutkan seorang lelaki yang melakukan bepergian panjang, rambutnya penuh debu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata: 'ya Allah Rabbku, ya Allah Rabbku' sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dibesarkan dengan yang haram, maka, bagaimana doanya akan dikabulkan.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya).

Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah lebih utama untuk menyiksanya itu ( HR. Tirmidzi).

(Note: Segala sesuatu yang di dapat dengan jalan mengambil/memakai/memakan/menggunakan tanpa ada ijin dari pemiliknya adalah termasuk ghasab (mencuri) maka apa di dapat dari perbuatan itu termasuk barang haram)

Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua berdekatan Masjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terletak berhampiran timbangan. Menyangka kurma itu bahagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia solat dan berdoa kushuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara’ yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.
“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak kerana 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua berdekatan Masjidil Haram,” jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” Ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Makkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang?” tanya Ibrahim.
“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.
“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”.
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.
“Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.
“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka kerana mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”
“Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”
Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakhra.
Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat halalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”
Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik tinggalkan bila ragu-ragu…”
Marilah kita berhati – hati jangan sampai memakan makanan yang
bukan haknya walaupun sedikit , kecuali sudah izin yang punya, dan
jangan menganggap remeh . sebab makanan yang haram walaupun
sedikit kalau sudah di makan menjadi darah daging akan berpengaruh terhadap anaknya dan juaga do’a kita akan di tolak oleh Allah gara-gara makanan sedikit yang bkn hak kita / haram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar